Senin, 11 April 2016

Ini gan, referensi buat alian yang mau menambah bahan makalah MSI, mungkin bisa sedikit membantu tentang judul : Kajian Alquran.... Graciasss



BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang                                       
Alasan pemakalah mengambil judul di atas, untuh menambah wawasan pemakalah dan pembaca tentang pengetahuan Alquraa, serta dapat meningkatkian keimanan kita kepada Allah SWT.
Catatan dunia juga mengetahui bahwa Alquran merupakan kalam atau perkataan Allah yang ditutunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Nabi Muhammad mendapatkan wahyu pertamanya ketika berdiam diri di gua Hira. Ayat pertama yang disampaikan malaikat Jibril adalah QS. Al – Alaq : 1- 5.
Alquran juga mengajarkan segala aspek kehidupan, mulai dari penjelasan tentang Agama, hukum, pendidikan, perkawinan, ekonomi, sosial, budaya, bahkan banyak lagi penjelasan yang tersirat dan tesurat.
Namun, “ Kajian Alquan “ dalam mata kuliah Metodologi Studi Islam, akan dijelaskan secara lebar namun tetap dalam koridor penjelasan.  Dalam kajian ini akan dijelaskan mengenai : (1) Defenisi Quran, Islam, Wahyu, Sunnah, (2) Setting historis turunnya Alquran, (3) Otentisitas Alquran, (4) Garis pokok Isi Alquran, (5) Alquran sebagai Sumber Ajaran Islam.
Sehubungan dengan hal di atas, maka pemakalah membuat karya ilmiah yang berhubungan dengan masalah tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI ALQURAN, ISLAM, WAHYU dan SUNNAH
1. Pengertian Alquran
Alquran mengandung nilai-nilai luhur yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berhubungan dengan Allah, maupu berhubunga manusia dengan sesama manusia lainnya dan hubunga manusia dengan alam sekitarnya. Fazlur Rahman mengemukakan tentang tema- tema pokok yang terkandung dalam Al-quran yang meliputi : tentang ketuhanan, kemanusiaan ( individu/masyarakat ), alam semesta, kenabian, eskatologi, setan/kejahatan dan masyarakat Muslim.[1]
Menurut Ahmad Van Deniffer, pendekatamn Alquran itu dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu :
Pertama          :Menerima Alquran lewat membaca dan mendengarkannya.
Kedua           :Memahami pesan-pesan yang dikandung Alquran dengan cara menghayati, dan kemudian mengkaji makna yang dikandungnya.
Ketiga             :Menerapkan pesan-pesan yang dibawa Alquran lewat pelaksanaan. Baik dalam kehidupan   pribadi maupun kehidupan masyarakat yang kita jalani.[2]
Berbicara tentang pengertian Alquran, apakah itu dipandang dari sudut bahasa atau dari sudut pandang istilah. Banyak para ulama yang berbeda pendapat dalam mendefenisikannya. Qara’a mempunyai arti mengumpulkan da menghimpun, dan qira’ah berarti menghimpun kata-kata atau huruf-huruf yang satu dengan lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Quran pada masa mulanya, seperti qira’ah, yaitu masdar (infinitive) dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan[3], sebagaimana firman Allah :
اِنَّ عَلَىْنَا جَمْعَهُ, وَقُرْءَا نَهُ (17) فَأِذَا قَرَأْ نَهُ فَا تَّبِعْ قُرْ ءَا نَهُ (18)
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (dalam dadamu) dan (membuatmu pandai ) membacanya, apabila kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan itu, ( QS Al – Qiyamah [75] : 17-18 )
           Adapun pengertian Alquran menurut istilah yang telah disepakati oleh para ulama merupakan “ Kalam Allah yang bernilai mukjizat yang diturunkan kepada ‘pingkasan’ para nabi dan rasul ( nabi Muhammad SAW ) dengan perantaraan malaikat Jibril aas., yang tertulis pada mushahif. Diriwayatka kepada kita secara mutawwatir, yang membacanya bernilai ibadah yang diawali dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas”.[4]
2. Isi Kandungan dan Pesan Alquran
        Isi Alquran mengandung pesan-pesan sebagai berikut : (1) masalah tauhid, termasuk didalamnya masalah kepercayaan kepada yang ghaib, (2) masalah ibadah, yaitu kegiatan – kegiatan atau perbuatan – perbuata yang mewujudkan serta menghidupkan di dalam hati da jiwa.; (3) masalah janji dan ancaman, yaitu janji yang baik terhadap orang yang melakukan hal yang baik, dan ancaman atau siksa bagi mereka yang berbuat jahat.; (4) jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, berupa ketentuan –ketentuan dan peraturan yang hendaknya dipenuhi agar dapat mencapai keridhaan Allah; (5) riwayat dan cerita, yaitu sejarah orang – orang terdahulu baik sejarah bangsa-bangsa, para tokoh, maupu nabi dan Rasul Allah.[5]

2. Pengertian Islam
Kata islam berasal dari bahasa Arab salam. Artinya antara lain damai, suci, patuh, dan taat. Dalam pengertian agama, Islam berarti kepatuhan terhadap Kehendak Tuhan dan taat terhadap hukum-Nya. Hubungan antara pengertian asli dan pengertyian menurut agama amat nyata. Hanya lewat kepatuhan terhadap Kehendak-Nya dan ketaat terhadap hukum-hukum-Nya seseorang bisda mencapai kedamaian yang sebenarnya dan akhirnya mencapai kesucian.
Orang luar menyebut agama kita sebagai Muhammedism dan menjuluki penganut-penganut Islam sebagai Muhammedan. Umat Islam menolak julukan itu. Jika kepercayaan kita ini digolongkan sebagai Mohammadism dan penganutnya Mohammedan.
Nama yang patut adalah Islam dan penganutnya disebut Muslim. Dalam konteks agama, Islam berarti bertaqwa kepada Allah dan taat kepada hukum-Nya. Kehendak Allah menurut Alquran berarti kebaikan dan rahmat, dan hukum-Nya amat bermanfaat dan adil. Tiap manusia yang bertaqwa dan taat, berfdada di dalam moral Islam.

3. Pengertian Wahyu
          Wahyu terambil dari asal kata waha-yuhi-wahyan  (وحى- ىحى - وحىا)  yang secara harfiah berarti suara, api, kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat, tulisan dan kitab. Alquran sendiri yang tersebut didalamnya wahyu sebanyak 77 kali kebanyakan dalam bentuk kata kerja (fi’il) – menggunakan kata wahyu untuk beberapa pengertian. Di antaranya :
a. Wahyu dalam arti ilham ( insting atau intuisi ) seperti dalam ayat :
وَأَوْحىَ اِلَى النَّحْلِ اَنِ التَّخِذِى مِنَ الجِبَالِ بُىُو تًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا ىَعْرِشُوْنَ(68)
Dan Tuuhanmu mengilhamkan kepada lebah: “ buatlah sarang – sarang di bukit – bukit, dipohon-pohon dan ditempat yang dibuat manusia “. (QS. An- Nahl [16] :68 )
          Arti kata wahyu sebagaimana dikatakan wahailatu ilaihi dan  auhaitu, bila kita berbicara kepadanya agar tidak dketahui orang lain. Wahyu merupakan isyyarat yang cepat. Itu terjadi melalui pembicaraan yang berupa rumus dan lambang, dan terkadang melalui suara semata, da terkadang melalui isyarat anggota badan.[6]
         Sementara itu, menurut pandangan lai yang mendefinisikan wahyu dari segi bahasa ( etimologi ) maupun secara istilah 9terminologi ) merupakan sebagai berikut : Bahwa wahyu secara semantik diartikan sebagai isyarat yang cepat ( termasuk bisikan dalam hati dan ilham ), surat, tulisan, dan segala sesuatu yang disampaikan kepada orag lain untuk diketahui. Sedangkan menurut istilah adalah merupakan pengetahuan seseorang di dalam dirinya serta diyakini bahwa pengetahuan itu datang dari Allah, baik dari perantaraan atau tanpa suara maupun tanpa perantaraan.[7]

4. Pengertian Sunah
Sunnah menurut istilah bahasa berarti tradii, adat kebiasaan. Sunnah dalam terminologi islam ialah perbuatan, ucapan dan ketetapan nabi Muhammad SAW atau yang disebut af’al, qaul, dan taqrir . pengertian sunnah tersebut biasa disebut hadits yang berarti berita atau kabar.
Ada sebagian ulama yang membedakan sunnah dengan hadits. Sunnah diartikan sebagai perbuatan, ucapan dan ketetapan, atau keijinan nabi SAW yang asli, sedangkan hadits adalah catatan tentang perbuatan, ucapan, dan ketetapan nabi yang sampai kepada kita. Oleh karena itu, semuanya adalah sumber hukum dan sumber pedoman hidup.[8]
Dalam sunnah, terdapat kata sunnatullah  yang berbeda maksud dengan sunnah rasul. Sunnatullah ialah ketentuan Allah swt menegenai hukum-hukum yang berlaku bagi alam sebagai hukum objektif yang pasti contoh seperti hukum bahwa setiap benda yang dilempar ke atas dalam ketinggian tertentu pasti mendapat tarikan ke bumi.
Salah satu jenis sunnah ialah sabda-sabda nabi saw, sedamgkan alquran pun melalui ucapan nabi. Terdapat pula beberapa terminology yang ada sangkut pautnya dengan sunnah atau hadits, yaitu :
a.       Atsar, yaitu perbuatan dan ucapan para sahabat nabi yang kadang - kadang disebut hadits mauquf
b.      Khabar, yaitu menyangkut semua berita darimana pun datangnya. Adakalanya hadits nabi saw disebut khabar, seperti pengertian sunnah dalam bahasa sunnatul awwalin yang artinya tradisi orang- orang terdahulu.

B. SETTING HISTORIS TURUNNYA ALQURAN
            Al-Qur’an adalah kitab suci, sumbernya berasal dari zat yang Maha Tinggi, Maha Tahu, Maha Hakim, Maha Berkuasa dan Bijaksana, yaitu Allah swt. Al-qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan malaikat Jibril. Susunan ayat-ayatnya begitu harmonis, dirangkaikan dalam bahasa arab yang menakjubkan manusia yang berpredikat sastrawan. Kerapian susunan ayat-ayat Al-Qur’an tidak dapat dibandingkan dengan tulisan apapun, meskipun dengan karangan penulis ternama.
            Adapun kata nuzul al-Qur’an, yang berawal dari kata ‘Nuzul’ (dalam bahasa Indonesia disebut turun), menurut bahasa arab artinya berpindah tempat dari atas ke bawah.[9] Dan apabila kata ‘nuzul’ dirangkaikan dengan al-Qur’an maka nuzul al-Qur’an memiliki makna turunnya al-Qur’an, sedangkan al-Qur’an adalah kalam al-qadim yang berdiri pada zat Allah swt, maka akan menimbulkan pemahaman yang keliru bagi sementara orang. Kekeliruan itu adalah menempatkan Allah pada suatu tempat manusia di tempat yang lain.
            Sebagai suatu usaha untuk menghindari pemahaman atau pengertian yang keliru tersebut, maka di jelaskan bahwa al-Qur’an itu datangnya dari Allah swt. Dan Allah swt menegaskan akan senantiasa menjaga atau memelihara kesucian, kemurnian dan keotentikan kitab suci al-Qur’an.[10] Hal ini juga telah dijelaskan  dalam QS.al-hijr ayat 9.[11]
إنا نحن نزلنا الذ کرو ٳنا لہ لحا ڧظون
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan pasti kami (pula) yang memeliharanya”
            Kemudian Allah berikan kepada rasul-Nya Muhammad saw dengan perantaraan malaikat-Nya. Dikaitkan turun itu kepada Nabi saw agar apa yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya seperti Taurat kepada Nabi Musa tidak termasuk dalam hal ini.[12] adapun cara malaikat menerima lafadz al-Qur’an dan menurunkannya terdapat perbedaan pendapat para ulama. Dalam hal ini ada keterangan yang menyebutkan, boleh jadi malaikat yang menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw, menerimanya dari Allah dengan cara yang tertentu yang kita tidak dapat menggambarkannya atau malaikat itu menghafalnya dari Lauh al-Mahfuz di atas langit yang ketujuh. Dan sesudah dihafal di Lauh al-Mahfuz itu malaikat pun menurunkannya, kemudian menghujamkan ke dalam jiwa Nabi saw. Demikian kata al-Thibi.[13] Dan perbedaan pendapat dari para ulama tentang apakah yang diturunkan itu. Hal ini dapat diperhatikan sebagai berikut:
1.      Bahwa yang diturunkan itu adalah lafaz dan makna. Jibril menghafal al-Qur’an dari Lauh al-Mahfuz lalu menurunkannya.
2.      Bahwa Jibril menurunkan maknanya saja. Rasul memahami makna-makna itu, lalu Rasul mantakbirkannya dengan bahasa Arab.
3.      Bahwa Jibril menerima makna lalu Jibril mentakbirkannyabdengan bahasa Arab, dan lafaz Jibril itulah yang diturunkan kepada Nabi saw.[14]      
Allah swt telah menurunkan Al-Qur’an sampai kepada Nabi Muhammad saw melalui 3 periode.
1.      Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia (sama ‘al-dunya) pada malam al-qadr sekaligus. Setelah itu diturunkan berangsur-angsur dalam waktu 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun. Berdasarkan kepada perbedaan pendapat tentang berapa lama Nabi saw bermukim di Makkah setelah beliau diangkat menjadi Rasul. Pendapat ini berpegang pada riwayat Ath Thabary dari Ibnu Abbas beliau berkata “ diturunkan al-Qur’an dalam lailatul qadr dalam bulan ramadhan ke langit dunia sekaligus semuanya, kemudian darisana (langit) diturunkan sedikit-sedikit ke dunia”. Dari segi isnad riwayah tersebut kurang kuat akan tetapi boleh digunakan.[15] 
2.      Al-qur’an diturunkan ke langit dunia dalam 20 lailatul qadar dalam 20 tahun atau dalam 23 kali lailatul qadar dalam 23 tahun atau dalam 25 kali lailatul qadar dalam 25 tahun.
Pada tiap-tiap malam diturunkan ke langit dunia sekedar yang hendak diturunkan dalam tahun itu kepada Nabi Muhammad saw dengan cara berangsur-angsur.
 3.    Permulaan turun al-Qur’an ialah di malam lailatul qadar, kemudian diturunkan sesudah itu dengan berangsur-angsur dalam berbagai-bagai waktu.[16]
    Adapula pendapat bahwa al-Qur’an diturunkan tiga kali dalam tiga tingkat:
1.      Diturunkan ke Lauhil Mahfudz.
2.      Diturunkan ke Baitul Izzah dilangit dunia.
3.       Diturunkan berangsur-angsur ke dunia
        Meski sanadnya Shohih, Dr. Subhi As sholeh menolak pendapat diatas tersebut karena turunnya al-qur’an yang demikian itu termasuk bidang yang ghaib dan juga berlawanan dengan dzahir al-Qur’an.[17]
        Al-Qur’an diturunkan dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai dari malam 17 ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 dhulhijjah haji wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.[18] permulaan turunnya al_Qur’an ketika Nabi saw bertahannus (beribadah) di gua Hira. Pada saat itu turunlah wahyu dengan perantara jibril al-amin dengan membawa beberapa ayah Al-Qur’an hakim. Seperti yang di isyaratkan dalam al-Qur’an “ dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa arab yang jelas”.[19] Surah yang pertama kali turun adalah surah al-Alaq ayat 1-5. Sebelum wahyu diturunkan telah turun sebagian irhas (tanda dan dalil) sebagaimana hadis yang diriwayatkan imam Bukhori dengan sanad dari Aisyah yang menunjukkan atan datangnya wahyu dan bukti nubuwwah bagi rasul saw yang mulia. Diantara tanda-tanda tersebut adalah mimpi yang benar dikala beliau tidur dan kecintaan beliau untuk menyendiri dan berkhalwat di gua hira untuk beribadah kepada tuhannya. Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan berdasarkan nash yang jelas yang terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 185.
        Adapun hikmah atau rahasia al-Qur’an ditunkan secara berangsur-angsur sebagai berikut:
1.      Untuk memudahkan Nabi Muhammad saw beserta para sahabatnya menghafalnya, karena Al-qur’an diturunkan kepada nabi yang ummi, yaitu tidak dapat membaca dan tidak dapat menulis. Dan juga telah di jelas dalam ayat al-Qur’an “ berkatalah orang-orang yang kafir; “ mengapa al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” demikianlah supaya kami memperkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).”[20]
2.      Untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi demi kemantapan dan keberhasilan tugas Rasul dalam mengubah kebiasaan jahiliyah yang buruk. Dalam hal ini, termasuklah seperti suatau ayat diturunkan untuk menjawab pertanyaan[21] atau membantah suatu pendapat
Sejarah Pengumpulan/Penyusunan Al-Qur’an
        Setelah rasul saw menerima ayat-ayat al-Qur’an, kemudian beliau menghafalnya dan membacakannya kepada sahabat serta menyuruh mereka menghafalnya dan menyuruh para penulis wahyu untuk dapat memuliskannya. Pada tiap kali turun ayat, Nabi menerangkan tempat maletakkan ayat itu. Dalam hal ini Nabi katakan umpanya, “ letakkan ayat ini sesudah itu”. Kemudian kalau ayat al-Qur’an diturunkan itu telah cukup satu surah, maka Nabi saw memberikan nama pada surah itu.
        Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa dikalangan para sahabat terdapat banyak yang menghafal al-Qur’an, diantara mereka banyak pula yang menulisnya. Ketika rasul masih hidup, al-Qur’an belum dikumpulkan didalam mushaf (sebuah buku yang berjulid) yang telah sempurna sebagaimana yang kita lihat sekarang.
        Sesudah rasulullah wafat, ali yang oleh Nabi dikukuhkan sebagai orang yang paling tahu tentang al-Qur’an diam di rumahnya untuk menghimpun al-Qur’an dalam satu mushaf menurut urutan turunannya. Dan belum 6 bulan sejak wafatnya rasulullah, dia telah merampungkan  penghimpunan itu dan mengusungnya ke atas punggung unta.
        Satu tahun setelah rasulullah wafat, pecah perang yammah yang merenggut korban 70 qurr’a. pada waktu itu khalifah berfikir untuk menghimpun surah-surah dan ayat-ayat al-Qur’an dalam satu mushaf. Karena khawatir akan jadi perang lagi serta khawatir akan punahnya para qurra’ dan hilangnya al-Qur’an karena kematian mereka. Khilafaf memerintahkan kepada sekelompok qurra’ sahabat dibawah pimpinan zaid bin tsabit untuk menghimpun al-Qur’an. Mereka menghimpun dari papan-papan, pelepah kurma, dan kulit-kulit domba yang terdapat dirumah Nabi yang ditulis para penulis wahyu dan tulisan-tulisan yang ada pada sahabat yang lain. Setelah menyelesaikan penghimpuanan itu, mereka menyalin beberapa naskah dan dibagikan beberapa negeri islam.
        Sesudah khalifah ke tiga mengetahui bahwa al-Qur’an terancam perubahan dan penggantian akibat sikap mempermudah dalam menyalin dan memeliharanya, dia memerintahkan untuk mengambil mashaf yang disimpan oleh hafsah yakni naskah pertama diantara naskah-naskah khalifah pertama, dan memerintahkan kepada lima orang sahabat, yang diantaranya Zaid bin tsabit, untuk menyalin mushaf tersebut. Khalifah ketiga juga memerintahkan agar semua naskah yang terdapat di negeri-negeri islam di kumpulkan dan di kirimkan ke Madinah, kemudian di bakar. Semua naskah dan mushaf yang disalain tersebut tidak berbeda dengan perintah khalifah pertama. Kecuali dalam satu hal, yaitu bahwa surah al-Baqorah dalam mushaf khalifah pertama diletakkan diantara surah ma’un. Dan surah al-Anfal diantara surah-suruh madsani. Sedangkan dalam mushaf imam, surah al-anfal dan al-Baqaroh di letakkan diantara surah al-‘araf dan Yunus.[22]

C. OTENTISITAS ALQURAN
Al-Qur’an Al-karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai cirri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Seperti yang telah dijelaskan oleh Allah dalam QS. Al-Hijr ayat 9. Demikian Allah menjamin keotentikan al-Qur’an, jaminan yang diberikan atas dasar KemahaKuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya terutama manusia. Denagn jaminan ayat diatas setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai al-Qur’an tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang ernah dibaca rasulullah dan yang didengar oleh para sahabat Nabi saw.[23]
        Tetapi apakah jaminan tersebut juga dapat meyakinkan orang-orang non muslim, dan benarkah al-Qur’an itu wahyu allah?
        Pada masa itu orang-orang mengira bahwa al-Qur’an adalah karya Nabi saw. Seperti orang Quraisy pernah mengira Muhammad belajar pada seorang keturunan Romawi yang beragama Nasrani. Kemudian golongan Mulhid menyangka Nabi Muhaamd saw menerima pelajaran dari Rakib Buhairo seorang Kristen pengikut Arius. Hingga sampai saat ini orang-orang orientalis di Eropa masih menyangsikan al-Qur’an sebagai wahyu Allah, meskipun mereka telah melihat sendiri mushaf kuno yang ditulis pada zaman Khalifah Usman bin Affan.
        Namun semua dugaan bahwa al-Qur’an hasil ciptaan Muhammad di tolak dengan alasan banyak ayat-ayat alqu’an yang menegur beliau sendiri, Seperti:
1.      Qs.At Taubah ayat 80 dan 84
2.      Qs.Al Ahzab ayat 37
3.      QS.Al Anfaal 67 dan 68
        Dan susunan bahasa yang terdapat dalam Alqur’an sebagainnya berupa dialog antara Tuhan dengan Makhluknya, seperti
1.      Dialog antara Allah dengan Nabi Muhammad saw (Qs.Al Ikhlas, Qs. An Naas, Qs. Al Falaq)
2.      Dialog antara Allah dengan umat manusia (Qs. Al Baqorah 21)
3.      Dialog antara Allah dengan kaum muslim (Qs, Al Maidah 90)
4.      Dialog antara Allah dengan ahli kitab (Ali Imrao 65)dst.[24]

       I.   Pembuktian Alqur’an sebagai wahyu
     Seperti dugaan mereka yang mengira bahwa Alqur’an adalah ciptaan Nabi Muhammad saw, mereka pun berusaha meniru dan menyayinginya. Banyak syair-syair hasil ciptaan mereka, dan dilombakan setiap tahun untuk dipilih pemenangnya. Namun jika dibandingkan dengan Alqur’an ternyata itu bukan tandingan. Untuk memberi kesempatan pada orang-orang kafir yang penasaran, dan sekaligus membuktikan bahwa Alqur’an itu bukan buatan manusi sebagai mana yang mereka sangka.
     Mula-mula Nabi Muhammad atas perintaj Allah swt  menentang supaya tokoh-tokoh sastra mendatangkan kitab seperti Alqur’an. Kemudian meminta supaya tokoh-tokoh Quraisy membuat 10 surah dengan bergotong royong sesama mereka yang ahli dalam berbagai bidang terkait. Tetapi tidak ada di antara mereka yang mampu memenuhi permintaan ini. kemudian Rasulullah meminta mereka membuat surat sebuah saja, tetapi mereka juga tidak mampu.
     Pada akhirnya Allah menyatakan bahwa tidak maungkin manusia dan jin mampu walaupun bekerja sama untuk mendatangkan kitab yang menyamai Alqur’an (Qs.Al Isra’ 88). Berikut ini keterangan dari Alqur’an tentang pembuktian kebenaran alqur’an sebagai wahyu:
1.   Qs. Yunus ayat 37-38
2.   Qs. Al Haaqqah ayat 38-52
3.   Qs. Hud ayat 13-14 dst.[25]
    II.   Pembuktian dari huruf-huruf alqur’an
        Huruf-huruf hija’iyah yang terdapat pada awal beberapa surah dalam Alqur’an adalah jaminan keutuhan Alqur’an sebagai mana diterima Rasul tidak lebih dan tidak kurang. Keseluruhan habis terbagi 19 sesuai denhan jumlah huruf-huruf B(i)sm Ali(a)h Al-R(a)hm(a)n Al-R(A)him. ( huruf a dan i dalam kurung tidak tertulis dalam aksara bahasa Arab). Huruf (qaf) yang merupakan awal dari surah ke-50, ditemukan terulang sebanyak 57 kali atau 3x19.huruf-huruf kaf, ha’, ya’, ‘ayn, shad dalam surah maryam, ditemuakan sebanyak 57 kali atau 42x19. Huruf (nun) yang memulai surah Al Qalam ditemukan sebanyak 133 atau 7x19. Kedua huruf (ya’) dan (sin) pada surah Yasin masing-masing sebanyak 285 atau 15x19. Kedua huruf (tha’) dan (ha’) pada surah Thaha masing-masing berulang sebanyak 342 kali atau 19x18. Huruf-huruf (ha’) dan (min) yang terdapat pada seluruh surah yamg dimulai dengan kedua huruf ini, merupakan perkalian dari 114x19 yaitu masing-masing berjumlah 2.166.
        Angka 19 di atas, yang merupakan perkalian dari jumlah-jumlah tersebut merupakan pernyataan dari Qs. Al Muddatstsir ayat 30 yang turun karena sebab ancaman terhadap yang meragukan kebenaran alqur’an.
 III.   Bukti-bukti kesejahteraan
1.      Masyarakat Arab, yang hidup pada masa turunnya Alqur’an, adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis,karena itu mereka mengandalkan hafalan. Dalam hal hafalan orang Arab sangat kuat
2.      Masyarakat Arab sangat gandrung lagi membanggakan kesussastraan; meraka bahkan melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu tertentu.
3.      Alqur’an mencapai tingkat tinggi dari segi keindahan bahasanya dan sangat mengagumkan bukan saja orang-orang mukmin, tetapi juga orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik seringkali secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat Alqur’an yang dibaca oleh kaum muslim. Selain keindahan bahasa Alqur’an. Kandungan isi Alqur’an juga sangat mengagumkan serta ayat-ayat alqur’an menjadi petunjuk orang umslim untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.[26] 

D. GARIS POKOK ISI AKQURAN
A. Akidah
            Seperti diingatkan Al- Quran sendiri, bahwa Al- Quran itu pada dasarnya dan dalam kenyataannya memuat berbagai pesoalan yang sangat luas dan beraneka ragam. Allah berkalam:
وَمَا مِنْ دا بَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلاَ طائِرٍ ىَّطِىْرُ بِجَنَا حَىْهِ اِلاَّ اُمَمٌ اَمْثَا لُكُمْ مَا فَرَطْنَا فِى الْكِتَبِ مِنْ شَىْ ءٍ ثُمَّ اِلىَ رَبِّهِمْ ىُحْشَرُوْنَ
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada dibumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatu pun dalam Al-Kitab [472], kemudian kepada Tuhanlah mereka di himpunkan. (QS Al-AN’am [6]:38).
Isi kandungan AL-Quran yang utama dan terpenting ialah tentang akidah (teologi), yang juga lazim disebut dengan istilah ushul al-din, ilmu kalam dan terutama tauhid atau lengkapnya tauhidullah (pemahaesaan Allah). Menurut Ahmad  Quthub, yang dapat penulis setujui kebenarannya, topik utama dan paling mendasar dalam Al-Quran ialah soal akidah. [27]Iya menyebutnya sebagai mawdhu’un assasiyyun, objek yang paling asasi. Ini tidak berarti persoalan-persoalan lain yang ada dalam Al-Quran boleh dianggap tidak urgen. Sebab, akidah itu sendiri tidaklah cukup bila tidak disertai dengan hal-hal yang lain khususnya syariah dan akhlak.




B. Ibadah
            Isi kandungn penting kedua Al-Quran setelah akidah ialah ibadah. Dalam Al-Quran, terdapat sekitar 140 ayat[28] yang berisikan ihwal ibadah (ayat al-;ibadat). Sama halnya dengan ayat al-‘aqaid, ayat al-ibadat pada umumnya juga bersifat jelas, tegas dan rinci dalam hal normanya meskipun kurang paa tata caranya.
            Menurut Al-Quran, tujuan dan pertama dari penciptaan jin dan manusia di muka bumi ialah agar mereka beribadah kepada Allah Swt. Seperti tertera dalam ayat ini:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلاَّ لِىَعْبُد,ْنِ
Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar merekan beribadah kepada-ku. (QS Al- Dzariyat [51]:56)
            Sesuai dengan ayat diatas, maka setiap manusia mukmin dan mukminat, harus menyatakan penghambaannya kepada allah. Hannya kepada Allah manusia harus beribadah, dan hanya kepada-nya pula mereka harus memohon pertolongan.[29] Demikian petunjuk Al-Quran kepada manusia, yang oeh setiap muslim pernytaan ini diikrarkan minimal 17 kali dalam sehari semalam tepatnya pada setiap sholat lima waktu dalam sehari semalam.

C. Akhlak
            Akhlak , yang dalam bahasa indonesia lebih dikenal dengan istilah etika atau moral, merupakan salah satu isi kandungan Al-Quran yang sangat mendasar.
            Mengingat diantar tujuan utama dari kenabian dan kerasulan Muhammad Saw. Adalah untuk menyempurnakan akhlak, maka sungguh pada tempatnya jika dalam Al-Quran al-karim kita jumpai sejumlah ayat yang mengatur soal akhlak. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa sumber akhlak yang paling utama dalam islam adalah Al-Quran a;- karim. Ketika A’syah r.a. ditanya salah seorang sahabat tentang akhlak Rasulullah Saw, ia menjawab dengan tegas bahwa sumber akhlak Rasulullah Saw adalah Al-Quran.
وَ اِنَّكَ لَعَلَّى خُلُلُقٍ عَظِىْمِ
Dan sesungguhnya engkau (muhammad), benar-benar berakhlak yang agung. (QS Al-Qalam [68]:4)

D. Hukum
            Telah ada kesepakatan di kalangan umat islam, bahwa sumber hukum utama dan pertama dalam islam ialah Al-Quran. Al-Quran memang memuat sejumlah ketentuan hukum,  dan sekaligus juga menyinggung kaidah-kaidah umum pembentukannya. Tapi ada yang lebih urgen lagi yaitu nilai , hukum yang bersifat universal dan mendasar. Beberapa indikasi yang menunjukan betapa serius dan antusias kitab suci yang satu ini terhadap persoalan-persoalan hukum.
            Pertama, Al-Quran menjuliki dirinya dengan hukum, yang dari padanya kata hukum itu di ambil. Ia Al-Quran, mempunyai banyak nama dan julukan. Diantar julukan yang dimaksudkan ialah hukumn sebagaimana dalam ayat ini:
وَكَذَا لِكَ اَنْزَلْنَهُ حُكْمًا عَرَبِىًّا وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَا ءَ هُمْ بَعْدَ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللهِ مِنْ وَلِىِّ وَلاَوَاقٍ
Dan demikianlah, kami telah turunkan Al-Quran itu sebgai hukum yang benar dalam bahasa arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tiadak ada pelindung dan pememlihara bagimu dari siksaan Allah. (QS Al-Ra’du [13]:37).
            Kedua, surat dan ayat terpanjangdalam Al-Quran ialah surat dan ayat hukum. Surat yang dimaksud ialah surat Al-Baqarah [2] , selain berisikan masalah keimanan, kisah dan lain-lain, surat ini juga mengandung sejumlah hukum, baik dalam bidang ibadah maupun muamalah.[30]
            Ketiga, dalam Al-Quran kita jumpai ayat-ayat yang memerintahkan manusia supaya berlaku adil, baik dalam bertindak maupun berprilaku, maupun dalam sikap ataupun bertutur kata. Sebaliknya Al-Quran juga melarang seseorang berbuat kezhaliman dan kecurangan.
1. 29 kata al-adl dan yang serumpun dengannya, yang berarti adil atau keadilan
2. 27 kata al- qisth dalam berbagai bentuknya, yang juga berarti adil
3.299 kata zhulm dan yang serumpun, yang melarang berbuat aniaya. Dan lain-lain.

E. ALQURAN SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM
Umat islam telah mempercayai bahwasanya Al-Qur’an adalah sumber yang paling utama, serta dapat menjadi pedoman dalam kehidupan. Sumber hukum ajaran Islam ada tiga, yakni; Al-qur’an, As-Sunnah, dan Ijtihad. Al-Qur’an adalah firman Allah dan hadist merupakan sabda Rasulullah Muhammad SAW., sedangkan Ijtihad di dapatkan dari hasil pemikiran para ulama mujtahid (yang berijtihad), dengan tetap mengacu kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an merupakan salah satu Kitabullah atau kitab-kitab Allah, yakni wahyu-wahyu yang ditrima para nabi/Rasul Allah.
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW., dibandingkan mukjizat para Nabi sebelumnya. Mukjizat para nabi terdahulu lebih bersifat inderaw, yakni bisa diamati dan dilihat langsung oleh indra englihatan atau lainnya, untuk menampilkan rasa takjub terhadap kaumnya. Nabi Muhammad SAW, Allah SWT memberikan mukjizat Al-Qur’an yang kekal abadi sepanjang zaman sehingga dapat disaksikan oleh semua umat manusia dari semua zaman tempat sampai akhir nanti[31]. Al-Qur’an membenarkan Kitab-kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah diterapkan sebelumnya. Al-Qur’an merupakan kitab yang paling sempurna.
            Fungsi-Fungsi Al-Qur’an :
·         Petunjuk bagi manusia. Allah SWT mnurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk umat manusia, seperti yang dijelaskan dalam surat (Q.S.Al-Baqarah 2:185) dan (Q.S. Al-Fusilat 41:44)
·         Sumber pokok ajaran Islam. Fungsinya sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarnya oleh segenap hukum isalam
·         Peringatan dan pelajaran bagi manusia. Dalam Al-Qur’an banyak diterangkan tetang kisah para nabi danu umat terdahulu, baik umat yang taat melaksankan perintah Allah maupun yang menentang dan mengingkari ajaraNya.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Dari penjelasan materi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, Alquran mempunyai peranan dan fungsi penting dalam segala aspek kehidupan. Kajian ini juga menyatakan bahwa Aquran juga merupakan rujukan hukum yang paling utama bagi umat manusia dalam menentukan suatu sikap yang akan dikehendaki. Merupakan suatu mukjizat paling luar biasa karena diturunkan kepada orang yang istimewa yaitu baginda Muhammad SAW, yang disampaikan melalui malaikat Jibril as.
            Alquran tidak hanya menjelaskan tentang hukum saja, melainkan menjelaskan kehidupan sosial, sejarah, etika, akhlak, ibadah bahkan pembahasan tentang ilmu kesehatan. Tidak ada kecacatan dalam isi Alquran, kitab yang telah disempurnakan dengan menyimpulkan dari kitab – kitab yang terdahulu.
            Terbukti dengan adanya kisah-kisah turunnya ayat – ayat Alquran secara mutawwatir yang disesuaikan dengan kejadin serta peristiwa di jaman Rasulullah dahulu. Dirangkum dalam sedemikian rupa dalam setting historis turunnya Alquran.
            Alasan itulah mengapa Alquran dikatakan sebagai sumber ajaran islam. Karena Alquran sendiri mengandung garis – garis besar yang menjelaskan banyak hal di dalamnya. Pedoman utama yang wajib dijadikan sebagai simpul dari kehidupan perseorangan maupun bermasyarakat.

B. Saran
Pesan terkhusus bagi pembaca, agar apa yang telah disajikan dan disampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, dan dapat diambil serta dipahami. Didalam makalah ini juga masih terdapat banyak sekali kesalahan dan kekurangan. Dan diharapkan agar dapat dikritik dan dikoreksi oleh para pembaca semua.


DAFTAR PUSTAKA

Amin Suma, Muhammad. 2013. Pengantar Ulumul Quran. Jakarta : PT. Cakrawala     Nusantara
Al-Wahhab Khallaf, Abdul. 1973. Ilmu Ushul al-Fiqh. Jakarta : Majelis Al-Islamiyah
Maruzi, Muclich. 1987. Wahyu Alquran. Bandug : Pustaka Amani
Shihab, M.Qurais. 1992. Membumikan Alquran. Bandung : PT. Pelita Cendekia
Mansyur, Kahar. 1992. Pokok-pokok Ulumul Quran. Jakarta : Rineka Cipta.
Rofi’I, Ahmad dan Syadali, Ahad. 1997. Ulumul Quran. Bandung : CV. Pustaka Setia Abadi
Al-Shiddqy, Hasbi. 1977. Sejarah dan Pengantar Ulumul Quran dan Tafsir. Jakarta : Bulan Bintang
RI KEMENAG. 2014. Quran dan Hadits. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia
Suhairi, Abdullah. 1999. Prinsip-prinsip Islam. Bandung : PT. Al – Ma’ruf.
Dkk dan Shihab, Quraisy. 2000. Sejarah Ulumul Quran. Jakarta : Pustaka Firdaus.
KEMENAG RI. 1985. Ushul Fiqh. Jakarta : Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan Tinggi Agama.
Ash-Shabuni, Muhammad Ali. 2001. At-Tibhyan Fi Ulumul Quran. Jakarta : Pustaka Amani.

Khalil Manna, Al-Khattan. 1973. Studi Ilmu Alquran. Jakarta : PT. Litera Artar Nusa.
Van Definner, ahmad. 1988. Ilmu Alquran Pengantar Dasar. Jakarta : CV. Rajawali.
Asmuni, M. Yusman. 1997. Studi Alquran, Hadits, Fiqh dan Pranata Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada


[1] M. Yusman Asmuni, Dirasah Islamiyah I (Pengantar Studi Alquran Hadits Fiqh dan Pranata Sosial ), (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997 ) hl;m. 43
[2] Ahmad Van Deniffer, Ilmu Alquran Pengantar Dasar Terj. A. Nashir Budiman, (Jakarta : CV. Rajawali, 1988) hlm.10
[3] Manna Khalil al – Qattan, Mabahits Fi Ulumil Quran (terj. Mudzakir AS, 2000, Studi Ilmu-Ilmu Quran ), (Jakarta : PT Litera Antar Nusa, 1973 ) hlm. 45
[4] Muhammad Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan Fi Ulumil Quran ( Terj. Muhammad Qadirun Nur Ikhtisar Ulumul Quran Praktis ), Jakarta : Pustaka Amani, 2001 ) hlm. 3.
[5] Tim Departemen Agama RI, Ushul Fiqh I, ( Jakarta : Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, 1985 ), hlm, 84-85
[6] Manna al-Qattan, hlm. 36
[7] Qurais Shihab dkk, Sejarah Ulumul Quran ( Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000 ) hlm. 48
[8] Abdullah Suhairi, Prinsip-prinsip Islam ( Bandung : PT Alma’arif, 1999 ) hlm. 122 - 123
[9] Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah (Beirut- Libanon: Mathba’ah al-kasulikiyyah,1986), cet. XXVII. Hal. 802
[10] Kementrian agama Republik Indonesia, Qur’an- Hadis (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014, hlm29
[11] QS. Al-Hijr ayat 9
[12] Muhammad Abd Allah Diraz, Al-Naba’ al-Azim Nazarat. Jadidah fi al-Qur’an (Kuwait: Dar al-Qalam, 1394 H/1974 M), cet. lll, hal. 15 dan 21.
[13] Hasbi al-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/ Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), cet. VIII, hal. 58
[14] Jalal al-Din abd Rahman al-Suyuti,op.cit, hal. 44-45
[15] Ahad Syadali,. Ahmad Rofi’I Ulumul Qur’an 1, CV Pustaka Setia abadi, Bandung: 1997
[16] Jalal al-Din abd Rahman al-Suyuti,op.cit, hal. 41 dan hal.228.
[17] Hudhari Bik, Tarikh At-Tasyri’ Al- islami, (Terj. Muhammad Zuhri, Rajamurah Al-Qannah),1980 
[18] Kahar Mansyur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992
[19] QS. Ass-Syu’ara’ 193-195
[20] QS. Al-Furqan[25] ayat 32
[21] Imam Badar al-Din Muhammad Ibn Abdullah al-Zarkasyi,op.cit., hal 231.
[22] Chairudji abd. chalik hlm 60-62
[23][23] M. Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat,Mizan, Bandung: 1992. Hlm.21
[24] Muslich Maruzi, Wahyu Al-Qur’an, Pustaka Amani: 1987. Hlm. 17-19
[25] Ibid, hal 20 s.d 21
[26] Abdul Azhim Al Zarqaniy, Manahil al ‘Irfan I’Ulumul Alqur’an, Al Halabiy, Kairo, 1980, jilid 1, hlm. 250
[27] Prof . Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. Ulumul Quran jakarta, cetakan ke-1, juni 2013 hlm 92-94
[28]  Prof . Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. Ulumul Quran jakarta, cetakan ke-1, juni 2013 hlm 97-99
[29] Abd  al-Wahhab khallaf, ilmu ushul al- fiqih, ( jakarta-indonesia: al-majelis al-a’la li-syuun al-da’wah al-islamiyh, 1973).
[30] [30] Prof . Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. Ulumul Quran jakarta, cetakan ke-1,  juni 2013 hlm 104-105
[31] Zainab Al-Ghazali,Menuju Kebangkitan Baru, Gema Insani Press Jakarta, 1995, hal.57

Tidak ada komentar:

Posting Komentar