BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Alasan
pemakalah mengambil judul di atas, untuh menambah wawasan pemakalah dan pembaca
tentang pengetahuan Alquraa, serta dapat meningkatkian keimanan kita kepada
Allah SWT.
Catatan
dunia juga mengetahui bahwa Alquran merupakan kalam atau perkataan Allah yang
ditutunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Nabi
Muhammad mendapatkan wahyu pertamanya ketika berdiam diri di gua Hira. Ayat
pertama yang disampaikan malaikat Jibril adalah QS. Al – Alaq : 1- 5.
Alquran
juga mengajarkan segala aspek kehidupan, mulai dari penjelasan tentang Agama,
hukum, pendidikan, perkawinan, ekonomi, sosial, budaya, bahkan banyak lagi
penjelasan yang tersirat dan tesurat.
Namun,
“ Kajian Alquan “ dalam mata kuliah Metodologi Studi Islam, akan dijelaskan
secara lebar namun tetap dalam koridor penjelasan. Dalam kajian ini akan dijelaskan mengenai :
(1) Defenisi Quran, Islam, Wahyu, Sunnah, (2) Setting historis turunnya
Alquran, (3) Otentisitas Alquran, (4) Garis pokok Isi Alquran, (5) Alquran
sebagai Sumber Ajaran Islam.
Sehubungan
dengan hal di atas, maka pemakalah membuat karya ilmiah yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI
ALQURAN, ISLAM, WAHYU dan SUNNAH
1. Pengertian
Alquran
Alquran mengandung nilai-nilai luhur
yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berhubungan dengan Allah,
maupu berhubunga manusia dengan sesama manusia lainnya dan hubunga manusia
dengan alam sekitarnya. Fazlur Rahman mengemukakan tentang tema- tema pokok
yang terkandung dalam Al-quran yang meliputi : tentang ketuhanan, kemanusiaan (
individu/masyarakat ), alam semesta, kenabian, eskatologi, setan/kejahatan dan
masyarakat Muslim.[1]
Menurut
Ahmad Van Deniffer, pendekatamn Alquran itu dapat dilakukan dengan beberapa
tahapan, yaitu :
Pertama :Menerima
Alquran lewat membaca dan mendengarkannya.
Kedua :Memahami
pesan-pesan yang dikandung Alquran dengan cara menghayati, dan kemudian
mengkaji makna yang dikandungnya.
Ketiga :Menerapkan
pesan-pesan yang dibawa Alquran lewat pelaksanaan. Baik dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan masyarakat yang kita jalani.[2]
Berbicara
tentang pengertian Alquran, apakah itu dipandang dari sudut bahasa atau dari
sudut pandang istilah. Banyak para ulama yang berbeda pendapat dalam
mendefenisikannya. Qara’a mempunyai arti mengumpulkan da menghimpun, dan
qira’ah berarti menghimpun kata-kata atau huruf-huruf yang satu dengan
lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Quran pada masa mulanya, seperti qira’ah,
yaitu masdar (infinitive) dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan[3],
sebagaimana firman Allah :
اِنَّ
عَلَىْنَا جَمْعَهُ, وَقُرْءَا نَهُ (17) فَأِذَا قَرَأْ نَهُ فَا تَّبِعْ قُرْ
ءَا نَهُ (18)
Sesungguhnya
atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (dalam dadamu) dan (membuatmu pandai )
membacanya, apabila kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan itu,
( QS Al – Qiyamah [75] : 17-18 )
Adapun pengertian Alquran menurut
istilah yang telah disepakati oleh para ulama merupakan “ Kalam Allah yang
bernilai mukjizat yang diturunkan kepada ‘pingkasan’ para nabi dan rasul
( nabi Muhammad SAW ) dengan perantaraan malaikat Jibril aas., yang tertulis
pada mushahif. Diriwayatka kepada kita secara mutawwatir, yang membacanya
bernilai ibadah yang diawali dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah
An-Nas”.[4]
2. Isi
Kandungan dan Pesan Alquran
Isi Alquran mengandung pesan-pesan
sebagai berikut : (1) masalah tauhid, termasuk didalamnya masalah kepercayaan
kepada yang ghaib, (2) masalah ibadah, yaitu kegiatan – kegiatan atau perbuatan
– perbuata yang mewujudkan serta menghidupkan di dalam hati da jiwa.; (3)
masalah janji dan ancaman, yaitu janji yang baik terhadap orang yang melakukan
hal yang baik, dan ancaman atau siksa bagi mereka yang berbuat jahat.; (4)
jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, berupa ketentuan –ketentuan dan
peraturan yang hendaknya dipenuhi agar dapat mencapai keridhaan Allah; (5)
riwayat dan cerita, yaitu sejarah orang – orang terdahulu baik sejarah
bangsa-bangsa, para tokoh, maupu nabi dan Rasul Allah.[5]
2. Pengertian Islam
Kata islam
berasal dari bahasa Arab salam. Artinya antara lain damai, suci, patuh,
dan taat. Dalam pengertian agama, Islam berarti kepatuhan terhadap Kehendak
Tuhan dan taat terhadap hukum-Nya. Hubungan antara pengertian asli dan
pengertyian menurut agama amat nyata. Hanya lewat kepatuhan terhadap
Kehendak-Nya dan ketaat terhadap hukum-hukum-Nya seseorang bisda mencapai
kedamaian yang sebenarnya dan akhirnya mencapai kesucian.
Orang luar
menyebut agama kita sebagai Muhammedism dan menjuluki penganut-penganut
Islam sebagai Muhammedan. Umat Islam menolak julukan itu. Jika
kepercayaan kita ini digolongkan sebagai Mohammadism dan penganutnya
Mohammedan.
Nama yang patut
adalah Islam dan penganutnya disebut Muslim. Dalam konteks agama, Islam berarti
bertaqwa kepada Allah dan taat kepada hukum-Nya. Kehendak Allah menurut Alquran
berarti kebaikan dan rahmat, dan hukum-Nya amat bermanfaat dan adil. Tiap
manusia yang bertaqwa dan taat, berfdada di dalam moral Islam.
3. Pengertian Wahyu
Wahyu terambil
dari asal kata waha-yuhi-wahyan (وحى- ىحى - وحىا) yang
secara harfiah berarti suara, api, kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat,
tulisan dan kitab. Alquran sendiri yang tersebut didalamnya wahyu sebanyak 77
kali kebanyakan dalam bentuk kata kerja (fi’il) – menggunakan kata wahyu
untuk beberapa pengertian. Di antaranya :
a. Wahyu dalam
arti ilham ( insting atau intuisi ) seperti dalam ayat :
وَأَوْحىَ
اِلَى النَّحْلِ اَنِ التَّخِذِى مِنَ الجِبَالِ بُىُو تًا وَمِنَ الشَّجَرِ
وَمِمَّا ىَعْرِشُوْنَ(68)
Dan Tuuhanmu
mengilhamkan kepada lebah: “ buatlah sarang – sarang di bukit – bukit,
dipohon-pohon dan ditempat yang dibuat manusia “. (QS. An- Nahl [16] :68 )
Arti kata wahyu sebagaimana
dikatakan wahailatu ilaihi dan auhaitu, bila kita berbicara kepadanya
agar tidak dketahui orang lain. Wahyu merupakan isyyarat yang cepat. Itu
terjadi melalui pembicaraan yang berupa rumus dan lambang, dan terkadang
melalui suara semata, da terkadang melalui isyarat anggota badan.[6]
Sementara itu, menurut pandangan lai
yang mendefinisikan wahyu dari segi bahasa ( etimologi ) maupun secara istilah
9terminologi ) merupakan sebagai berikut : Bahwa wahyu secara semantik
diartikan sebagai isyarat yang cepat ( termasuk bisikan dalam hati dan ilham ),
surat, tulisan, dan segala sesuatu yang disampaikan kepada orag lain untuk
diketahui. Sedangkan menurut istilah adalah merupakan pengetahuan seseorang di
dalam dirinya serta diyakini bahwa pengetahuan itu datang dari Allah, baik dari
perantaraan atau tanpa suara maupun tanpa perantaraan.[7]
4. Pengertian Sunah
Sunnah
menurut istilah bahasa berarti tradii, adat kebiasaan. Sunnah dalam terminologi
islam ialah perbuatan, ucapan dan ketetapan nabi Muhammad SAW atau yang disebut
af’al, qaul, dan taqrir . pengertian sunnah tersebut biasa disebut
hadits yang berarti berita atau kabar.
Ada
sebagian ulama yang membedakan sunnah dengan hadits. Sunnah diartikan sebagai
perbuatan, ucapan dan ketetapan, atau keijinan nabi SAW yang asli, sedangkan
hadits adalah catatan tentang perbuatan, ucapan, dan ketetapan nabi yang sampai
kepada kita. Oleh karena itu, semuanya adalah sumber hukum dan sumber pedoman
hidup.[8]
Dalam
sunnah, terdapat kata sunnatullah yang berbeda maksud dengan sunnah rasul. Sunnatullah
ialah ketentuan Allah swt menegenai hukum-hukum yang berlaku bagi alam sebagai
hukum objektif yang pasti contoh seperti hukum bahwa setiap benda yang dilempar
ke atas dalam ketinggian tertentu pasti mendapat tarikan ke bumi.
Salah
satu jenis sunnah ialah sabda-sabda nabi saw, sedamgkan alquran pun melalui
ucapan nabi. Terdapat pula beberapa terminology yang ada sangkut pautnya dengan
sunnah atau hadits, yaitu :
a.
Atsar, yaitu
perbuatan dan ucapan para sahabat nabi yang kadang - kadang disebut hadits
mauquf
b.
Khabar, yaitu
menyangkut semua berita darimana pun datangnya. Adakalanya hadits nabi saw
disebut khabar, seperti pengertian sunnah dalam bahasa sunnatul awwalin yang
artinya tradisi orang- orang terdahulu.
B. SETTING
HISTORIS TURUNNYA ALQURAN
Al-Qur’an
adalah kitab suci, sumbernya berasal dari zat yang Maha Tinggi, Maha Tahu, Maha
Hakim, Maha Berkuasa dan Bijaksana, yaitu Allah swt. Al-qur’an diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan malaikat Jibril. Susunan
ayat-ayatnya begitu harmonis, dirangkaikan dalam bahasa arab yang menakjubkan manusia
yang berpredikat sastrawan. Kerapian susunan ayat-ayat Al-Qur’an tidak dapat
dibandingkan dengan tulisan apapun, meskipun dengan karangan penulis ternama.
Adapun
kata nuzul al-Qur’an, yang berawal dari kata ‘Nuzul’ (dalam bahasa Indonesia
disebut turun), menurut bahasa arab artinya berpindah tempat dari atas ke
bawah.[9] Dan
apabila kata ‘nuzul’ dirangkaikan dengan al-Qur’an maka nuzul al-Qur’an
memiliki makna turunnya al-Qur’an, sedangkan al-Qur’an adalah kalam al-qadim
yang berdiri pada zat Allah swt, maka akan menimbulkan pemahaman yang keliru
bagi sementara orang. Kekeliruan itu adalah menempatkan Allah pada suatu tempat
manusia di tempat yang lain.
Sebagai
suatu usaha untuk menghindari pemahaman atau pengertian yang keliru tersebut,
maka di jelaskan bahwa al-Qur’an itu datangnya dari Allah swt. Dan Allah swt
menegaskan akan senantiasa menjaga atau memelihara kesucian, kemurnian dan
keotentikan kitab suci al-Qur’an.[10]
Hal ini juga telah dijelaskan dalam
QS.al-hijr ayat 9.[11]
إنا نحن نزلنا
الذ کرو ٳنا لہ لحا ڧظون
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan
al-Qur’an, dan pasti kami (pula) yang memeliharanya”
Kemudian
Allah berikan kepada rasul-Nya Muhammad saw dengan perantaraan malaikat-Nya.
Dikaitkan turun itu kepada Nabi saw agar apa yang diturunkan kepada nabi-nabi
sebelumnya seperti Taurat kepada Nabi Musa tidak termasuk dalam hal ini.[12]
adapun cara malaikat menerima lafadz al-Qur’an dan menurunkannya terdapat
perbedaan pendapat para ulama. Dalam hal ini ada keterangan yang menyebutkan,
boleh jadi malaikat yang menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw,
menerimanya dari Allah dengan cara yang tertentu yang kita tidak dapat
menggambarkannya atau malaikat itu menghafalnya dari Lauh al-Mahfuz di atas
langit yang ketujuh. Dan sesudah dihafal di Lauh al-Mahfuz itu malaikat pun
menurunkannya, kemudian menghujamkan ke dalam jiwa Nabi saw. Demikian kata
al-Thibi.[13]
Dan perbedaan pendapat dari para ulama tentang apakah yang diturunkan itu. Hal
ini dapat diperhatikan sebagai berikut:
1.
Bahwa yang diturunkan itu adalah lafaz
dan makna. Jibril menghafal al-Qur’an dari Lauh al-Mahfuz lalu menurunkannya.
2.
Bahwa Jibril menurunkan maknanya saja.
Rasul memahami makna-makna itu, lalu Rasul mantakbirkannya dengan bahasa Arab.
3.
Bahwa Jibril menerima makna lalu Jibril
mentakbirkannyabdengan bahasa Arab, dan lafaz Jibril itulah yang diturunkan
kepada Nabi saw.[14]
Allah swt telah menurunkan Al-Qur’an
sampai kepada Nabi Muhammad saw melalui 3 periode.
1.
Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia
(sama ‘al-dunya) pada malam al-qadr sekaligus. Setelah itu diturunkan
berangsur-angsur dalam waktu 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun. Berdasarkan
kepada perbedaan pendapat tentang berapa lama Nabi saw bermukim di Makkah
setelah beliau diangkat menjadi Rasul. Pendapat ini berpegang pada riwayat Ath
Thabary dari Ibnu Abbas beliau berkata “ diturunkan al-Qur’an dalam lailatul
qadr dalam bulan ramadhan ke langit dunia sekaligus semuanya, kemudian darisana
(langit) diturunkan sedikit-sedikit ke dunia”. Dari segi isnad riwayah tersebut
kurang kuat akan tetapi boleh digunakan.[15]
2.
Al-qur’an diturunkan ke langit dunia
dalam 20 lailatul qadar dalam 20 tahun atau dalam 23 kali lailatul qadar dalam
23 tahun atau dalam 25 kali lailatul qadar dalam 25 tahun.
Pada tiap-tiap
malam diturunkan ke langit dunia sekedar yang hendak diturunkan dalam tahun itu
kepada Nabi Muhammad saw dengan cara berangsur-angsur.
3. Permulaan
turun al-Qur’an ialah di malam lailatul qadar, kemudian diturunkan sesudah itu
dengan berangsur-angsur dalam berbagai-bagai waktu.[16]
Adapula
pendapat bahwa al-Qur’an diturunkan tiga kali dalam tiga tingkat:
1.
Diturunkan ke Lauhil Mahfudz.
2.
Diturunkan ke Baitul Izzah dilangit
dunia.
3.
Diturunkan berangsur-angsur ke dunia
Meski sanadnya Shohih, Dr. Subhi As sholeh menolak pendapat
diatas tersebut karena turunnya al-qur’an yang demikian itu termasuk bidang
yang ghaib dan juga berlawanan dengan dzahir al-Qur’an.[17]
Al-Qur’an diturunkan dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari,
yaitu mulai dari malam 17 ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 dhulhijjah
haji wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.[18]
permulaan turunnya al_Qur’an ketika Nabi saw bertahannus (beribadah) di gua
Hira. Pada saat itu turunlah wahyu dengan perantara jibril al-amin dengan
membawa beberapa ayah Al-Qur’an hakim. Seperti yang di isyaratkan dalam
al-Qur’an “ dia dibawa turun oleh Ar-Ruh
Al-Amin (jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang
diantara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa arab yang jelas”.[19]
Surah yang pertama kali turun adalah surah al-Alaq ayat 1-5. Sebelum wahyu
diturunkan telah turun sebagian irhas (tanda dan dalil) sebagaimana hadis yang
diriwayatkan imam Bukhori dengan sanad dari Aisyah yang menunjukkan atan
datangnya wahyu dan bukti nubuwwah bagi rasul saw yang mulia. Diantara
tanda-tanda tersebut adalah mimpi yang benar dikala beliau tidur dan kecintaan
beliau untuk menyendiri dan berkhalwat di gua hira untuk beribadah kepada
tuhannya. Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan berdasarkan nash yang jelas
yang terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 185.
Adapun hikmah atau rahasia al-Qur’an ditunkan secara
berangsur-angsur sebagai berikut:
1. Untuk
memudahkan Nabi Muhammad saw beserta para sahabatnya menghafalnya, karena
Al-qur’an diturunkan kepada nabi yang ummi,
yaitu tidak dapat membaca dan tidak dapat menulis. Dan juga telah di jelas
dalam ayat al-Qur’an “ berkatalah orang-orang yang kafir; “ mengapa al-Qur’an
itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” demikianlah supaya kami
memperkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan
benar).”[20]
2. Untuk
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi demi kemantapan dan keberhasilan tugas
Rasul dalam mengubah kebiasaan jahiliyah yang buruk. Dalam hal ini, termasuklah
seperti suatau ayat diturunkan untuk menjawab pertanyaan[21]
atau membantah suatu pendapat
Sejarah
Pengumpulan/Penyusunan Al-Qur’an
Setelah rasul saw menerima ayat-ayat al-Qur’an, kemudian
beliau menghafalnya dan membacakannya kepada sahabat serta menyuruh mereka
menghafalnya dan menyuruh para penulis wahyu untuk dapat memuliskannya. Pada
tiap kali turun ayat, Nabi menerangkan tempat maletakkan ayat itu. Dalam hal
ini Nabi katakan umpanya, “ letakkan ayat ini sesudah itu”. Kemudian kalau ayat
al-Qur’an diturunkan itu telah cukup satu surah, maka Nabi saw memberikan nama
pada surah itu.
Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa dikalangan para sahabat
terdapat banyak yang menghafal al-Qur’an, diantara mereka banyak pula yang
menulisnya. Ketika rasul masih hidup, al-Qur’an belum dikumpulkan didalam
mushaf (sebuah buku yang berjulid) yang telah sempurna sebagaimana yang kita
lihat sekarang.
Sesudah rasulullah wafat, ali yang oleh Nabi dikukuhkan
sebagai orang yang paling tahu tentang al-Qur’an diam di rumahnya untuk
menghimpun al-Qur’an dalam satu mushaf menurut urutan turunannya. Dan belum 6
bulan sejak wafatnya rasulullah, dia telah merampungkan penghimpunan itu dan mengusungnya ke atas
punggung unta.
Satu tahun setelah rasulullah wafat, pecah perang yammah yang
merenggut korban 70 qurr’a. pada waktu itu khalifah berfikir untuk menghimpun
surah-surah dan ayat-ayat al-Qur’an dalam satu mushaf. Karena khawatir akan
jadi perang lagi serta khawatir akan punahnya para qurra’ dan hilangnya
al-Qur’an karena kematian mereka. Khilafaf memerintahkan kepada sekelompok
qurra’ sahabat dibawah pimpinan zaid bin tsabit untuk menghimpun al-Qur’an.
Mereka menghimpun dari papan-papan, pelepah kurma, dan kulit-kulit domba yang
terdapat dirumah Nabi yang ditulis para penulis wahyu dan tulisan-tulisan yang
ada pada sahabat yang lain. Setelah menyelesaikan penghimpuanan itu, mereka
menyalin beberapa naskah dan dibagikan beberapa negeri islam.
Sesudah khalifah ke tiga mengetahui bahwa al-Qur’an terancam
perubahan dan penggantian akibat sikap mempermudah dalam menyalin dan memeliharanya,
dia memerintahkan untuk mengambil mashaf yang disimpan oleh hafsah yakni naskah
pertama diantara naskah-naskah khalifah pertama, dan memerintahkan kepada lima
orang sahabat, yang diantaranya Zaid bin tsabit, untuk menyalin mushaf
tersebut. Khalifah ketiga juga memerintahkan agar semua naskah yang terdapat di
negeri-negeri islam di kumpulkan dan di kirimkan ke Madinah, kemudian di bakar.
Semua naskah dan mushaf yang disalain tersebut tidak berbeda dengan perintah
khalifah pertama. Kecuali dalam satu hal, yaitu bahwa surah al-Baqorah dalam
mushaf khalifah pertama diletakkan diantara surah ma’un. Dan surah al-Anfal
diantara surah-suruh madsani. Sedangkan dalam mushaf imam, surah al-anfal dan
al-Baqaroh di letakkan diantara surah al-‘araf dan Yunus.[22]
C. OTENTISITAS
ALQURAN
Al-Qur’an Al-karim
memperkenalkan dirinya dengan berbagai cirri dan sifat. Salah satu diantaranya
adalah bahwa ia merupakan yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah
kitab yang selalu dipelihara. Seperti yang telah dijelaskan oleh Allah dalam
QS. Al-Hijr
ayat 9. Demikian Allah menjamin keotentikan al-Qur’an, jaminan yang diberikan
atas dasar KemahaKuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya yang
dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya terutama manusia. Denagn jaminan ayat diatas
setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai al-Qur’an
tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang ernah dibaca rasulullah dan yang
didengar oleh para sahabat Nabi saw.[23]
Tetapi apakah jaminan tersebut juga dapat meyakinkan orang-orang
non muslim, dan benarkah al-Qur’an itu wahyu allah?
Pada masa itu orang-orang mengira bahwa al-Qur’an adalah
karya Nabi saw. Seperti orang Quraisy pernah mengira Muhammad belajar pada
seorang keturunan Romawi yang beragama Nasrani. Kemudian golongan Mulhid
menyangka Nabi Muhaamd saw menerima pelajaran dari Rakib Buhairo seorang
Kristen pengikut Arius. Hingga sampai saat ini orang-orang orientalis di Eropa
masih menyangsikan al-Qur’an sebagai wahyu Allah, meskipun mereka telah melihat
sendiri mushaf kuno yang ditulis pada zaman Khalifah Usman bin Affan.
Namun semua dugaan bahwa al-Qur’an hasil ciptaan Muhammad di
tolak dengan alasan banyak ayat-ayat alqu’an yang menegur beliau sendiri,
Seperti:
1.
Qs.At Taubah ayat 80 dan 84
2.
Qs.Al Ahzab ayat 37
3.
QS.Al Anfaal 67 dan 68
Dan susunan bahasa yang terdapat dalam Alqur’an sebagainnya
berupa dialog antara Tuhan dengan Makhluknya, seperti
1.
Dialog antara Allah dengan Nabi Muhammad
saw (Qs.Al Ikhlas, Qs. An Naas, Qs. Al Falaq)
2.
Dialog antara Allah dengan umat manusia
(Qs. Al Baqorah 21)
3.
Dialog antara Allah dengan kaum muslim
(Qs, Al Maidah 90)
4.
Dialog antara Allah dengan ahli kitab
(Ali Imrao 65)dst.[24]
I. Pembuktian
Alqur’an sebagai wahyu
Seperti dugaan mereka yang mengira bahwa
Alqur’an adalah ciptaan Nabi Muhammad saw, mereka pun berusaha meniru dan
menyayinginya. Banyak syair-syair hasil ciptaan mereka, dan dilombakan setiap
tahun untuk dipilih pemenangnya. Namun jika dibandingkan dengan Alqur’an
ternyata itu bukan tandingan. Untuk memberi kesempatan pada orang-orang kafir
yang penasaran, dan sekaligus membuktikan bahwa Alqur’an itu bukan buatan
manusi sebagai mana yang mereka sangka.
Mula-mula Nabi Muhammad atas perintaj Allah
swt menentang supaya tokoh-tokoh sastra
mendatangkan kitab seperti Alqur’an. Kemudian meminta supaya tokoh-tokoh
Quraisy membuat 10 surah dengan bergotong royong sesama mereka yang ahli dalam
berbagai bidang terkait. Tetapi tidak ada di antara mereka yang mampu memenuhi
permintaan ini. kemudian Rasulullah meminta mereka membuat surat sebuah saja,
tetapi mereka juga tidak mampu.
Pada akhirnya Allah menyatakan bahwa tidak
maungkin manusia dan jin mampu walaupun bekerja sama untuk mendatangkan kitab
yang menyamai Alqur’an (Qs.Al Isra’ 88). Berikut ini keterangan dari Alqur’an
tentang pembuktian kebenaran alqur’an sebagai wahyu:
1. Qs.
Yunus ayat 37-38
2. Qs.
Al Haaqqah ayat 38-52
3. Qs.
Hud ayat 13-14 dst.[25]
II. Pembuktian
dari huruf-huruf alqur’an
Huruf-huruf hija’iyah yang terdapat pada awal beberapa surah
dalam Alqur’an adalah jaminan keutuhan Alqur’an sebagai mana diterima Rasul
tidak lebih dan tidak kurang. Keseluruhan habis terbagi 19 sesuai denhan jumlah
huruf-huruf B(i)sm Ali(a)h Al-R(a)hm(a)n Al-R(A)him. ( huruf a dan i dalam
kurung tidak tertulis dalam aksara bahasa Arab). Huruf (qaf) yang merupakan
awal dari surah ke-50, ditemukan terulang sebanyak 57 kali atau
3x19.huruf-huruf kaf, ha’, ya’, ‘ayn, shad dalam surah maryam, ditemuakan
sebanyak 57 kali atau 42x19. Huruf (nun) yang memulai surah Al Qalam ditemukan
sebanyak 133 atau 7x19. Kedua huruf (ya’) dan (sin) pada surah Yasin
masing-masing sebanyak 285 atau 15x19. Kedua huruf (tha’) dan (ha’) pada surah
Thaha masing-masing berulang sebanyak 342 kali atau 19x18. Huruf-huruf (ha’)
dan (min) yang terdapat pada seluruh surah yamg dimulai dengan kedua huruf ini,
merupakan perkalian dari 114x19 yaitu masing-masing berjumlah 2.166.
Angka 19 di atas, yang merupakan perkalian dari jumlah-jumlah
tersebut merupakan pernyataan dari Qs. Al Muddatstsir ayat 30 yang turun karena
sebab ancaman terhadap yang meragukan kebenaran alqur’an.
III. Bukti-bukti
kesejahteraan
1. Masyarakat
Arab, yang hidup pada masa turunnya Alqur’an, adalah masyarakat yang tidak
mengenal baca tulis,karena itu mereka mengandalkan hafalan. Dalam hal hafalan
orang Arab sangat kuat
2. Masyarakat
Arab sangat gandrung lagi membanggakan kesussastraan; meraka bahkan melakukan
perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu tertentu.
3. Alqur’an
mencapai tingkat tinggi dari segi keindahan bahasanya dan sangat mengagumkan
bukan saja orang-orang mukmin, tetapi juga orang kafir. Berbagai riwayat
menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik seringkali secara sembunyi-sembunyi
berupaya mendengarkan ayat-ayat Alqur’an yang dibaca oleh kaum muslim. Selain
keindahan bahasa Alqur’an. Kandungan isi Alqur’an juga sangat mengagumkan serta
ayat-ayat alqur’an menjadi petunjuk orang umslim untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat.[26]
D. GARIS POKOK
ISI AKQURAN
A. Akidah
Seperti
diingatkan Al- Quran sendiri, bahwa Al- Quran itu pada dasarnya dan dalam
kenyataannya memuat berbagai pesoalan yang sangat luas dan beraneka ragam.
Allah berkalam:
وَمَا
مِنْ دا بَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلاَ طائِرٍ ىَّطِىْرُ بِجَنَا حَىْهِ اِلاَّ اُمَمٌ
اَمْثَا لُكُمْ مَا فَرَطْنَا فِى الْكِتَبِ مِنْ شَىْ ءٍ ثُمَّ اِلىَ رَبِّهِمْ
ىُحْشَرُوْنَ
Dan
tiadalah binatang-binatang yang ada dibumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami
alpakan sesuatu pun dalam Al-Kitab [472], kemudian kepada Tuhanlah mereka di
himpunkan. (QS Al-AN’am [6]:38).
Isi kandungan AL-Quran
yang utama dan terpenting ialah tentang akidah (teologi), yang juga lazim
disebut dengan istilah ushul al-din,
ilmu kalam dan terutama tauhid atau lengkapnya tauhidullah (pemahaesaan Allah). Menurut Ahmad Quthub, yang dapat penulis setujui
kebenarannya, topik utama dan paling mendasar dalam Al-Quran ialah soal akidah.
[27]Iya
menyebutnya sebagai mawdhu’un assasiyyun,
objek yang paling asasi. Ini tidak berarti persoalan-persoalan lain yang ada
dalam Al-Quran boleh dianggap tidak urgen. Sebab, akidah itu sendiri tidaklah
cukup bila tidak disertai dengan hal-hal yang lain khususnya syariah dan
akhlak.
B.
Ibadah
Isi
kandungn penting kedua Al-Quran setelah akidah ialah ibadah. Dalam Al-Quran,
terdapat sekitar 140 ayat[28]
yang berisikan ihwal ibadah (ayat al-;ibadat).
Sama halnya dengan ayat al-‘aqaid, ayat
al-ibadat pada umumnya juga bersifat
jelas, tegas dan rinci dalam hal normanya meskipun kurang paa tata caranya.
Menurut
Al-Quran, tujuan dan pertama dari penciptaan jin dan manusia di muka bumi ialah
agar mereka beribadah kepada Allah Swt. Seperti tertera dalam ayat ini:
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلاَّ لِىَعْبُد,ْنِ
Dan
tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar merekan beribadah
kepada-ku. (QS Al- Dzariyat [51]:56)
Sesuai
dengan ayat diatas, maka setiap manusia mukmin dan mukminat, harus menyatakan
penghambaannya kepada allah. Hannya kepada Allah manusia harus beribadah, dan
hanya kepada-nya pula mereka harus memohon pertolongan.[29]
Demikian petunjuk Al-Quran kepada manusia, yang oeh setiap muslim pernytaan ini
diikrarkan minimal 17 kali dalam sehari semalam tepatnya
pada setiap sholat lima waktu dalam sehari semalam.
C.
Akhlak
Akhlak
, yang dalam bahasa indonesia lebih dikenal dengan istilah etika atau moral,
merupakan salah satu isi kandungan Al-Quran yang sangat mendasar.
Mengingat
diantar tujuan utama dari kenabian dan kerasulan Muhammad Saw. Adalah untuk
menyempurnakan akhlak, maka sungguh pada tempatnya jika dalam Al-Quran al-karim
kita jumpai sejumlah ayat yang mengatur soal akhlak. Dengan demikian, dapatlah
dikatakan bahwa sumber akhlak yang paling utama dalam islam adalah Al-Quran a;-
karim. Ketika A’syah r.a. ditanya salah seorang sahabat tentang akhlak
Rasulullah Saw, ia menjawab dengan tegas bahwa sumber akhlak Rasulullah Saw
adalah Al-Quran.
وَ اِنَّكَ
لَعَلَّى خُلُلُقٍ عَظِىْمِ
Dan
sesungguhnya engkau (muhammad), benar-benar berakhlak yang agung. (QS Al-Qalam
[68]:4)
D. Hukum
Telah
ada kesepakatan di kalangan umat islam, bahwa sumber hukum utama dan pertama
dalam islam ialah Al-Quran. Al-Quran memang memuat sejumlah ketentuan
hukum, dan sekaligus juga menyinggung
kaidah-kaidah umum pembentukannya. Tapi ada yang lebih urgen lagi yaitu nilai ,
hukum yang bersifat universal dan mendasar. Beberapa indikasi yang menunjukan
betapa serius dan antusias kitab suci yang satu ini terhadap
persoalan-persoalan hukum.
Pertama, Al-Quran menjuliki dirinya
dengan hukum, yang dari padanya kata hukum itu di ambil. Ia Al-Quran, mempunyai
banyak nama dan julukan. Diantar julukan yang dimaksudkan ialah hukumn
sebagaimana dalam ayat ini:
وَكَذَا لِكَ
اَنْزَلْنَهُ حُكْمًا عَرَبِىًّا وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَا ءَ هُمْ بَعْدَ مَا
جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللهِ مِنْ وَلِىِّ وَلاَوَاقٍ
Dan
demikianlah, kami telah turunkan Al-Quran itu sebgai hukum yang benar dalam
bahasa arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang
pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tiadak ada pelindung dan pememlihara
bagimu dari siksaan Allah. (QS Al-Ra’du [13]:37).
Kedua, surat
dan ayat terpanjangdalam Al-Quran ialah surat dan ayat hukum. Surat yang
dimaksud ialah surat Al-Baqarah [2] , selain berisikan masalah keimanan, kisah
dan lain-lain, surat ini juga mengandung sejumlah hukum, baik dalam bidang
ibadah maupun muamalah.[30]
Ketiga, dalam Al-Quran kita jumpai
ayat-ayat yang memerintahkan manusia supaya berlaku adil, baik dalam bertindak
maupun berprilaku, maupun dalam sikap ataupun bertutur kata. Sebaliknya
Al-Quran juga melarang seseorang berbuat kezhaliman dan kecurangan.
1. 29 kata al-adl dan yang serumpun
dengannya, yang berarti adil atau keadilan
2. 27 kata al- qisth dalam berbagai
bentuknya, yang juga berarti adil
3.299 kata zhulm dan yang serumpun, yang
melarang berbuat aniaya. Dan lain-lain.
E. ALQURAN
SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM
Umat islam telah
mempercayai bahwasanya Al-Qur’an adalah sumber yang paling utama, serta dapat
menjadi pedoman dalam kehidupan. Sumber hukum ajaran Islam ada tiga, yakni;
Al-qur’an, As-Sunnah, dan Ijtihad. Al-Qur’an adalah firman Allah dan hadist
merupakan sabda Rasulullah Muhammad SAW., sedangkan Ijtihad di dapatkan dari
hasil pemikiran para ulama mujtahid (yang berijtihad), dengan tetap mengacu
kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an merupakan salah satu Kitabullah atau kitab-kitab Allah, yakni
wahyu-wahyu yang ditrima para nabi/Rasul Allah.
Al-Qur’an adalah
mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW., dibandingkan mukjizat para Nabi
sebelumnya. Mukjizat para nabi terdahulu lebih bersifat inderaw, yakni bisa
diamati dan dilihat langsung oleh indra englihatan atau lainnya, untuk
menampilkan rasa takjub terhadap kaumnya. Nabi Muhammad SAW, Allah SWT
memberikan mukjizat Al-Qur’an yang kekal abadi sepanjang zaman sehingga dapat
disaksikan oleh semua umat manusia dari semua zaman tempat sampai akhir nanti[31].
Al-Qur’an membenarkan Kitab-kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang
telah diterapkan sebelumnya. Al-Qur’an merupakan kitab yang paling sempurna.
Fungsi-Fungsi Al-Qur’an :
·
Petunjuk bagi manusia. Allah SWT
mnurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk umat manusia, seperti yang dijelaskan
dalam surat (Q.S.Al-Baqarah 2:185) dan (Q.S. Al-Fusilat 41:44)
·
Sumber pokok ajaran Islam. Fungsinya
sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarnya oleh segenap
hukum isalam
·
Peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Dalam Al-Qur’an banyak diterangkan tetang kisah para nabi danu umat terdahulu,
baik umat yang taat melaksankan perintah Allah maupun yang menentang dan
mengingkari ajaraNya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan materi diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa, Alquran mempunyai peranan dan fungsi penting dalam
segala aspek kehidupan. Kajian ini juga menyatakan bahwa Aquran juga merupakan
rujukan hukum yang paling utama bagi umat manusia dalam menentukan suatu sikap
yang akan dikehendaki. Merupakan suatu mukjizat paling luar biasa karena
diturunkan kepada orang yang istimewa yaitu baginda Muhammad SAW, yang
disampaikan melalui malaikat Jibril as.
Alquran tidak hanya menjelaskan
tentang hukum saja, melainkan menjelaskan kehidupan sosial, sejarah, etika,
akhlak, ibadah bahkan pembahasan tentang ilmu kesehatan. Tidak ada kecacatan
dalam isi Alquran, kitab yang telah disempurnakan dengan menyimpulkan dari
kitab – kitab yang terdahulu.
Terbukti dengan adanya kisah-kisah
turunnya ayat – ayat Alquran secara mutawwatir yang disesuaikan dengan kejadin
serta peristiwa di jaman Rasulullah dahulu. Dirangkum dalam sedemikian rupa
dalam setting historis turunnya Alquran.
Alasan itulah mengapa Alquran
dikatakan sebagai sumber ajaran islam. Karena Alquran sendiri mengandung garis
– garis besar yang menjelaskan banyak hal di dalamnya. Pedoman utama yang wajib
dijadikan sebagai simpul dari kehidupan perseorangan maupun bermasyarakat.
B. Saran
Pesan terkhusus
bagi pembaca, agar apa yang telah disajikan dan disampaikan dapat bermanfaat
bagi kita semua, dan dapat diambil serta dipahami. Didalam makalah ini juga
masih terdapat banyak sekali kesalahan dan kekurangan. Dan diharapkan agar
dapat dikritik dan dikoreksi oleh para pembaca semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin Suma, Muhammad. 2013. Pengantar
Ulumul Quran. Jakarta : PT. Cakrawala
Nusantara
Al-Wahhab Khallaf, Abdul. 1973. Ilmu
Ushul al-Fiqh. Jakarta : Majelis Al-Islamiyah
Maruzi, Muclich. 1987. Wahyu Alquran.
Bandug : Pustaka Amani
Shihab, M.Qurais. 1992. Membumikan
Alquran. Bandung : PT. Pelita Cendekia
Mansyur, Kahar. 1992. Pokok-pokok
Ulumul Quran. Jakarta : Rineka Cipta.
Rofi’I, Ahmad dan Syadali, Ahad.
1997. Ulumul Quran. Bandung : CV. Pustaka Setia Abadi
Al-Shiddqy, Hasbi. 1977. Sejarah dan
Pengantar Ulumul Quran dan Tafsir. Jakarta : Bulan Bintang
RI KEMENAG. 2014. Quran dan Hadits.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik
Indonesia
Suhairi, Abdullah. 1999. Prinsip-prinsip
Islam. Bandung : PT. Al – Ma’ruf.
Dkk dan Shihab, Quraisy. 2000.
Sejarah Ulumul Quran. Jakarta : Pustaka Firdaus.
KEMENAG RI. 1985. Ushul Fiqh.
Jakarta : Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan Tinggi Agama.
Ash-Shabuni,
Muhammad Ali. 2001. At-Tibhyan Fi Ulumul Quran. Jakarta : Pustaka Amani.
Khalil Manna, Al-Khattan. 1973.
Studi Ilmu Alquran. Jakarta : PT. Litera Artar Nusa.
Van Definner, ahmad. 1988. Ilmu
Alquran Pengantar Dasar. Jakarta : CV. Rajawali.
Asmuni,
M. Yusman. 1997. Studi Alquran, Hadits, Fiqh dan Pranata Sosial. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
[1] M.
Yusman Asmuni, Dirasah Islamiyah I (Pengantar Studi Alquran Hadits Fiqh
dan Pranata Sosial ), (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997 ) hl;m. 43
[2]
Ahmad Van Deniffer, Ilmu Alquran Pengantar Dasar Terj. A. Nashir
Budiman, (Jakarta : CV. Rajawali, 1988) hlm.10
[3]
Manna Khalil al – Qattan, Mabahits Fi Ulumil Quran (terj. Mudzakir AS, 2000,
Studi Ilmu-Ilmu Quran ), (Jakarta : PT Litera Antar Nusa, 1973 ) hlm. 45
[4]
Muhammad Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan Fi Ulumil Quran ( Terj. Muhammad
Qadirun Nur Ikhtisar Ulumul Quran Praktis ), Jakarta : Pustaka Amani, 2001 )
hlm. 3.
[5]
Tim Departemen Agama RI, Ushul Fiqh I, ( Jakarta : Proyek Pembinaan
Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, 1985 ), hlm, 84-85
[6] Manna
al-Qattan, hlm. 36
[7]
Qurais Shihab dkk, Sejarah Ulumul Quran ( Jakarta : Pustaka Firdaus,
2000 ) hlm. 48
[8]
Abdullah Suhairi, Prinsip-prinsip Islam ( Bandung : PT Alma’arif, 1999 )
hlm. 122 - 123
[9]
Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah (Beirut- Libanon: Mathba’ah
al-kasulikiyyah,1986), cet. XXVII. Hal. 802
[10]
Kementrian agama Republik Indonesia, Qur’an- Hadis (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014, hlm29
[11]
QS. Al-Hijr ayat 9
[12]
Muhammad Abd Allah Diraz, Al-Naba’ al-Azim Nazarat. Jadidah fi al-Qur’an
(Kuwait: Dar al-Qalam, 1394 H/1974 M), cet. lll, hal. 15 dan 21.
[13]
Hasbi al-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/ Tafsir (Jakarta: Bulan
Bintang, 1977), cet. VIII, hal. 58
[14]
Jalal al-Din abd Rahman al-Suyuti,op.cit, hal. 44-45
[15]
Ahad Syadali,. Ahmad Rofi’I Ulumul Qur’an 1, CV Pustaka Setia abadi, Bandung:
1997
[16]
Jalal al-Din abd Rahman al-Suyuti,op.cit, hal. 41 dan hal.228.
[17]
Hudhari Bik, Tarikh At-Tasyri’ Al- islami, (Terj. Muhammad Zuhri, Rajamurah
Al-Qannah),1980
[18]
Kahar Mansyur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992
[19]
QS. Ass-Syu’ara’ 193-195
[20]
QS. Al-Furqan[25] ayat 32
[21]
Imam Badar al-Din Muhammad Ibn Abdullah al-Zarkasyi,op.cit., hal 231.
[22]
Chairudji abd. chalik hlm 60-62
[23][23]
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat,Mizan, Bandung: 1992. Hlm.21
[24]
Muslich Maruzi, Wahyu Al-Qur’an, Pustaka Amani: 1987. Hlm. 17-19
[25]
Ibid, hal 20 s.d 21
[26]
Abdul Azhim Al Zarqaniy, Manahil al ‘Irfan I’Ulumul Alqur’an, Al Halabiy,
Kairo, 1980, jilid 1, hlm. 250
[27]
Prof . Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. Ulumul Quran jakarta, cetakan ke-1, juni 2013 hlm 92-94
[28] Prof . Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A.,
M.M. Ulumul Quran jakarta, cetakan
ke-1, juni 2013 hlm 97-99
[29]
Abd al-Wahhab khallaf, ilmu ushul al- fiqih, (
jakarta-indonesia: al-majelis al-a’la li-syuun al-da’wah al-islamiyh, 1973).
[30] [30]
Prof . Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. Ulumul Quran jakarta, cetakan ke-1,
juni 2013 hlm 104-105
[31]
Zainab Al-Ghazali,Menuju Kebangkitan
Baru, Gema Insani Press Jakarta, 1995, hal.57